Kehidupan duniawi diumpamakan sbgai seorg lelaki yg membangun rumah, lengkap dgn perabot & perhiasannya.
Ia mngundang org untuk mendatangi rumahnya. Setiap kali tamu datang, ia mempersilahkannya duduk di atas kasur yang empuk, disuguhkan padanya daging diatas piring emas, di sekelilingnya disiapkan perabot mewah lengkap dgn segala isi yg dibutuhkan sang tamu, dan di tambah lg dgn pelayan yg siap memberikan segala keperluannya.

Orang yg berpikiran dalam akn menyadari bahwa segala kemewahan itu milik si tuan rumah. Ia menikmati kemewahan itu sepanjang menjadi tamu bagi situan rumah, dan sedikit pun ia tdk membuat hatinya lekat dgn kemewahan tersebut, dan ia tdk terbetik pula dlm hati keinginan untuk memiliki.
Ia menjadi tamu yg baik bagi situan rumah, duduk ditempat yg dipersilahkan makan & minum dari apa yg dihidangkan & tdk meminta sesuatu dibalik itu, ia merassa cukup puas dgn kedermawanan tuan rumah & sikapnya yg baik pd semua tamu.
Ia memasuki rumah si pengundang dgn cara orang mulia, menikmati hidangan dgn cara orang mulia, sehingga tuan rumah mencela perilaku si tamu.

------------------------------------------------------------------------------------

Adapun org yg dungu dlm hatinya terbetik keinginan utk menjadi penghuni tetap dirumah itu, menguasai semua perabot si tuan rumah, bertindak dirumah org sekehendak hatinya, memilih tempat duduk dmn ia suka , memindahkan pderabot rumah sesuka hatinya, kemudian menyembunyikannya.

Setiap kali situan rumah menyajikan hidangan, hasrat hatinya slalu ingin memiliki dan menguasai.
Situan rumah menyaksikan perilaku tamu yg dungu itu , namun karena kedermawanannya, si tuan rumah tdk sampai hati mengusir si tamu.
Namun ketika tamu itu diketahui benar-benar bermaksud menguasai rumah dan isinya, memperlakukan rumah dan perabot rumahnya layaknya pemilik yg sah, si tuan rumah mengutus pelayan untuk mengusir paksa tamu itu dan merampas kembali semua benda miliknya.
Ia pun keluar dgn caci maki dari tuan rumah itu, sehinggaterbukala keburukannya bagi si tuaan rumah dan pelayannya.

------------------------------------------------------------------------------------


Orang yg mau berpikir hendaknya merenungkan perumpamaan ini, seba ia sangat sesuai dgn keadaan yg terjadi.

Salin Dari Buku Imam Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyyah

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »